Kecelakaan bisa terkait dengan aktivitas keuangan. Kecelakaan keuangan yang paling banyak dialami orang adalah ketika penghasilan dirasa tidak pernah cukup untuk membiayai pengeluaran. Selalu merasa kurang kendati jika mau mengurangi konsumsi, penghasilan yang diperoleh masih mampu untuk membiayai hidup.
Tragisnya, ketidakmampuan mengekang diri mengakibatkan konsumsi jalan terus dengan pembiayaan dilakukan dengan kartu kredit. Alhasil, pengeluaran menjadi lebih besar ketimbang penghasilan. Inilah awal dari kecelakaan finansial yang akan berlanjut dengan kecelakaan-kecelakaan lain.
Contoh konkret, penggunaan kartu kredit akan semakin meningkat, sementara penghasilan relatif tetap. Yang terjadi kemudian bukan lagi aksi gali lubang tutup lubang, melainkan terperangkap di lubang utang yang semakin dalam. Kehidupan pun menjadi tidak tenang.
Orang selalu dikejar-kejar debt collector atau stres berkepanjangan karena masih banyak keinginan yang belum terpenuhi. Bukan tidak mungkin, karena permasalahan semakin kompleks, pekerjaan pun bisa hilang.
Itu baru kecelakaan finansial yang diakibatkan ketidakmampuan ”menginjak rem” konsumsi. Ada lagi kecelakaan finansial lain yang juga menerpa jutaan orang, yaitu ketidakmampuan menyediakan dana untuk membiayai sekolah anak. Dana untuk sekolah anak yang tidak disiapkan bisa mengakibatkan sang anak tidak sekolah.
Kalaupun bersekolah, akhirnya anak hanya bisa di sekolah yang kurang berkualitas. Atau sebenarnya, dana untuk anak sekolah sudah tersedia, tetapi karena dipengaruhi lingkungan sekitar, anak dipaksakan masuk ke sekolah yang super mahal. Demi menjaga gengsi, orangtua terpaksa berutang untuk membiayai sekolah anak.
Kecelakaan finansial bukan hanya dialami orang-orang berusia produktif. Tidak sedikit kecelakaan yang menerpa kalangan yang mestinya sudah dalam usia mapan. Seorang karyawan yang sudah terbiasa diberi fasilitas oleh perusahaan, seperti kendaraan dan rumah dinas, kerap kali lupa membeli rumah sendiri.
Ketika usia pensiun tiba, dia akan mengalami masalah besar karena tidak memiliki rumah ataupun kendaraan. Sebab, sepanjang karier, dia sudah terbiasa menggunakan fasilitas perusahaan. Masa pensiun yang seharusnya dinikmati justru memaksanya tetap bekerja guna memperoleh uang untuk membeli rumah dan kendaraan.
Jurus-jurus
Apa yang mesti dilakukan agar kecelakaan finansial tidak menghampiri diri Anda?
Pertama, jangan pernah berutang kalau tujuannya hanya untuk membiayai nafsu konsumtif. Utang hanya layak dilakukan untuk kegiatan produktif yang bisa memberikan penghasilan. Utang untuk hal konsumtif, seperti kredit rumah dan kredit kendaraan, dapat dipertimbangkan jika angsuran masih terpenuhi dari penghasilan bulanan.
Penggunaan kartu kredit sekalipun bukanlah untuk berutang, melainkan hanya untuk kemudahan transaksi pembayaran. Jadi, bukan karena tidak memiliki uang, tetapi lebih karena faktor kepraktisan belaka.
Kedua, melakukan investasi dan proteksi secara bersamaan. Banyak kalangan beranggapan bahwa kalau sudah berinvestasi, persoalan selesai. Pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Dalam berinvestasi pun, banyak kemungkinan terjadi kecelakaan finansial.
Itulah sebab ada istilah ”jangan menempatkan investasi dalam satu keranjang”. Prinsipnya sederhana, kalau seluruh investasi Anda dalam bentuk saham, misalnya, ketika pasar saham anjlok, bukan tidak mungkin seluruh investasi Anda akan menguap.
Oleh karena itu, investasi mesti diproteksi. Bagaimana caranya? Sebarkan investasi pada berbagai jenis, mulai dari yang berisiko rendah, sedang, dan tinggi. Dengan cara ini, sebenarnya investasi Anda sudah terproteksi. Konkretnya, kalau investasi Anda yang berisiko tinggi mengalami masalah, Anda masih memiliki ”cadangan” investasi di jenis yang berisiko rendah.
Itu adalah proteksi dalam konteks investasi. Di luar itu, proteksi untuk mencegah dampak negatif dari kecelakaan finansial bisa juga dilakukan dengan membeli produk asuransi. Sebagaimana contoh di atas, orang kerap kali mengalami masalah dalam memenuhi biaya anak.
Nah, salah satu cara mudah menghindari kecelakaan finansial yang terkait dengan biaya sekolah anak adalah dengan membeli polis asuransi pendidikan. Selain itu, berbagai produk asuransi lainnya, termasuk asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, dan asuransi kematian, merupakan ”jurus” mengatasi risiko kecelakaan finansial.
Sebenarnya cukup banyak cara menghindari terjadinya kecelakaan finansial. Seperti kalau mengendarai kendaraan bermotor, sebelum dikendarai, tentu sebaiknya dilakukan pengecekan apakah segala sesuatu masih berfungsi dengan baik . Begitu juga dengan kegiatan finansial. Sebelum melakukan berbagai tindakan, tentunya mesti dipikirkan risiko dan kemungkinan terjadinya kecelakaan finansial.
No comments:
Post a Comment